Meninggalkan Zona Nyaman
Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam. (Kejadian 19:26)
Siapa yang tidak takut kehilangan ? Istri Lot pun demikian. Kehidupan glamour kota Sodom Gomora telah memikat hatinya, dan keluarga mereka. Mereka punya rumah, punya kawan, punya segala sesuatunya disana.
Tapi mendadak, dua orang utusan Allah datang, dan meminta mereka untuk meninggalkan kota yang akan dihancurkan Allah. Mereka bingung, menolak tapi tak kuasa.
Seringkali kehidupan kita seperti itu. Sudah terlalu nyaman.
Bisa saja, kita nyaman sebagai pengusaha, sehingga semua sudah disediakan. Datang sudah siap. Punya ruangan sendiri, punya kursi empuk, dikenal dan dihormati orang.
Berapa lama kita bisa hidup di zona nyaman ?
Saya ingat sekali, keluar pertamakali menjadi business development, setelah tahunan kerja nyaman di bank. Kerja di bank waktu itu, hanya tinggal datang ontime. Kemudian meeting jam 10 dan jam 14, sorenya ngopi dan bersantai dengan kawan. Malam nya pulang ke rumah. Rutinitas yang seringkali membuat kita nyaman dan malas bergerak.
Mendadak, pindah ke perusahaan system integrator, punya kesibukan tidak kenal jam, buat proposal siang dan malam, presentasi, ketemu customer dan partner, sabtu minggu masih harus ke lapangan, baik hanya sekedar ngobrol di lapangan golf, hingga keluar kota untuk bertemu customer. Luar biasa berbeda bumi langit.
Setelah itu, baru beberapa tahun berjalan, mendadak pindah lagi, buka usaha kecil, rekrut orang, ketemu customer, buat penawaran, presentasi, hingga kerjakan pekerjaan hingga tak kenal jam. Bahkan sampai anak saya saja, jadi bisa mengikuti bapaknya, pegang sandal sambil berkata 'hallo pak ada yg bisa saya bantu?"
Zona nyaman memang membuat kita mager, malas bergerak. Dan kita menjadi tidak terlatih, tidak terasah lagi. Zona nyaman juga kadang dipakai untuk membuai kita, dan akhirnya kita tidak bisa kemana-mana.
Untunglah saya diberikan kesempatan Tuhan untuk keluar dari zona nyaman yang satu, ke zona lainnya. Dan sekarang saya sedang merintis zona lainnya. Kadang pada saat kita keluar dari zona itu, kita mungkin akan kehilangan, dan pastinya merasa kehilangan, seperti istri Lot yang kehilangan segalanya.
Tapi dibalik semua ketidaknyamanan itu, ada berkat Tuhan menanti. Saya bersyukur karena diajak keluar dari zona nyaman saya sebagai pekerja, dan memasuki bidang sebagai pengusaha, dan sekarang saya pun terus dibentuk Tuhan, mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Asal kita jangan terjebak seperti istri Lot, yang menolak meninggalkan zona nyaman dan akhirnya menjadi tiang garam.
Comments