Peduli Karena Keluarga
Perasaan yang sama, ketika dulu saya bekerja di BII, lingkungannya yang hommy, sangat akrab, kekeluargaan, membuat saya betah 3 tahun disana, dan itu semua karena rasa kekeluargaan yang tinggi.
Kekeluargaan artinya peduli, saling memperhatikan, bahkan untuk hal-hal yang sangat detail. Maka saat Tuhan mengijinkan saya membuka usaha kecil ini di tahun 2005, saya berusaha menerapkan konsep keluarga.
Maka kami berusaha membuat itu terjadi hingga saat ini.
Apapun yang anggota keluarga kami rasakan, senang, sakit, kami membagikannya, dan kami berusaha mendukung saling menguatkan, menghibur. Itu sebabnya di kami ada uang suka duka, uang untuk bagi yang sedang bersuka, ataupun berduka. Mungkin itu kelahiran, kematian, kesedihan lain yang mungkin saja tidak bisa diucapkan. Kami membuat pendekatan. Ada "Ibu" dalam keluarga DCM ini, memang ibu senior yang saya tempatkan untuk membuka komunikasi pribadi dengan semua tim, sekaligus menjadi HRD.
Tetap ada saat, dimana cara ibu tidak lagi mengena, disitulah, saya dan partner , sebagai 'bapak' akan menyapa dan menegur pribadi, empat mata, dan berdiskusi dengan masalah mereka. Dari cara inilah, kami menepis semua masalah akibat pinjol, permasalahan hutang dan kewajiban lain mereka, seperti uang sekolah dan bahkan kontrakan.
Saya senang, ada saatnya, yang sering pinjam untuk mengontrak, sekarang sudah punya rumah, sungguh bangga. Yang anak-anaknya lulus sekolah SMA dan STM, dan semua sukacita apapun yang kami rasakan sebagai keluarga.
Kami berusaha meminta mereka semua saling peduli, mengecek satu dengan yang lain, apapun yang mungkin orang lain bisa rasakan, tapi kami, sang 'bapak' dan 'ibu' tidak tahu. Kepedulian adalah kunci utamanya.
Comments