Tidak ada KASTA di perusahaan
"Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup." (Ester 4:11)
Membaca ayat ini, saya ingat kembali masa-masa saya bekerja di beberapa perusahaan besar.
Pertama, bekerja di bank di tahun 90an, Dimana ada struktur organisasi yang jelas, kita memberikan laporan ke atasan langsung kita. Kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang diatasnya. Semua ada tingkatannya. Bahkan kami bila dalam satu lift, si pemimpin tertinggi mau masuk, kami disuruh keluar untuk mereka biar masuk.
Kedua, bekerja di bank tahun 2000an. Masih hal yang sama, bedanya, kami akrab. Saya bisa berbicara tidak hanya dengan atasan langsung, tapi juga atasan pemimpin divisi. Suasana kekeluargaan yang dikembangkan, dan semua orang bekerja dengan baik.
Ketiga, bekerja di perusahaan IT, dianggap berbeda. Saya satu2nya yang sipit kala itu. Hingga awalnya, big bos nya bilang, apa tidak ada orang lain selain saya (yang dipilih manager saya). Tapi hanya perlu 3-6 bulan, sang big bos sangat erat dan 'bergantung' kepada saya. Semua berubah.
Cerita Ester yang notabene adalah 'berbeda' dibandingkan dengan calon yang lain, kemudian menjadi Ratu. Tentu membuat semua orang kaget. Dan yang lebih kaget lagi, Ester ini tidak mengenal kasta itu. Tetap bersahaja, dan merasa tidak harus ada pembedaan status itu.
Dia berusaha menyampaikan kondisi bangsanya, dan Tuhan mengijinkan.
Demikian juga dengan kita, kita yang masih karyawan, tetaplah berusaha memberikan yang terbaik, komunikasikan dengan atasan, keterbukaan memberikan kemampuan kita semua menjadi lebih baik.
Bagi kita yang telah menjadi atasan, pimpinan, bahkan pemilik tertinggi di dalam urusan kita, ingatlah bahwa ada Tuhan yang menguasai hidup kita. Kita pun harus memperlakukan tim dan bawahan kita sebagaimana baiknya Tuhan kepada kita.
Comments