Menjadi Takut Bukan Pilihan

 1 SAMUEL 17:20-32


20  Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya. Sampailah ia ke perkemahan, ketika tentara keluar untuk mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang.
21  Orang Israel dan orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan.
22  Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat barisan; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat.
23  Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya.
24  Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan.
25  Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."
26  Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?"
27  Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia."
28  Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran."
29  Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!"
30  Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi.
31  Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia.
32  Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."

Bagian di atas tidak menceritakan gegap gempita suara pasukan Israel yang kesenangan melihat Goliat - sang raksasa sombong itu roboh. Bagian itu juga tidak menceritakan Daud yang dengan berani melontarkan kepada Goliat. Tapi bagian ini adalah bagian sebelumnya, dimana mungkin ada perasaan berkecamuk. Dan perasaan itu adalah perasaan takut. 

Kita melihat ada perasaan takut di kalangan pasukan Israel, yang mungkin saja tidak pertama kali bertemu Goliat. Mungkin sebelumnya mereka pernah melihat, merasakan atau setidaknya tahu sepak terjang Goliat ini. Tidak ada yang tahu, apakah Daud sebelumnya sudah tahu soal Goliat ini. 

Tapi melihat ayat-ayat tadi, sepertinya Daud belum tahu dan mengenal. Bisa juga baru saja tahu dan kenal Goliat disana. 

Ada perbedaan perasaan diantara Daud dan para pasukan Israel, termasuk kakak-kakaknya. Mereka semua tahu Goliat, dan menjadi takut. Tapi Daud tidak. 

Ini yang kerap kita rasakan. Bila kita pernah takut, oleh berbagai hal, bisa karena permasalahan kantor, tim, orang per orang, hingga keluarga. Itu yang bisa saja membuat kita lebih takut. 

Dibandingkan kita belum tahu masalahnya, problemnya, maka seringkali kita tidak takut. 

Ya, inilah yang sering kita alami dalam keseharian kita. Tidak menjadi takut, atau memilih takut itu pilihan. Tetap takut kita tidak bisa bekerja, tidak berani keluar maka kita kesulitan sendiri. Para pedagang yang berinteraksi secara langsung dengan orang lain, berpikir dan takut untuk keluar di masa pandemi. Tapi ada juga yang cuek saja, dan tetap bekerja apa pun yang terjadi. Sekalipun mereka sakit, bahkan sakit karena pandemi ini, dan menjadi penyintas, perasaan takut itu bisa saja tetap ada, tapi tidak mengganggu apa yang menjadi tujuan mereka. 

Daud pun demikian. Dia tahu, sudah dipesankan sebelumnya, dan dia mungkin saja takut, tapi dia percaya, ada tangan Tuhan menyertainya. Pada saat kita tahu, bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kita, maka kita akan berkurang rasa takutnya, dan berani menghadapi. Itulah yang kita pelajari dari Daud. 

Saya tahu, masalah pandemi ini tidak akan selesai satu tahun lagi, dan mungkin ada tetap sebagian orang yang memilih berdiam diri dan menjadi takut terus menerus, tapi tidak sedikit yang mulai berpikir rasional, mereka tetap bisa beraktifitas, bekerja dan semoga sebentar lagi ibadah, karena ada tangan Tuhan yang menjaga. Tetap kita harus mengikuti ketentuan yang ada, seperti Daud pun demikian. 


Comments

Popular posts from this blog

Guru Palsu

Menutup Tahun 2022