Didikan Keteraturan
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
Pernahkan mendengar, kalau kantor itu adalah rumah kedua kita ?
Mengapa demikian, karena kita hanya ada di dua tempat pada umumnya, yaitu rumah dan kantor, maka tidak heran, kantor menjadi rumah kedua kita.
Dalam masa-masa awal kami membangun perusahaan, saya merasakan bahwa kantor, dan orang kantor adalah keluarga kita sendiri. Mereka tidak ubahnya seperti ibu kita , bila mereka ada yang lebih tua dari kita. Saya ingat sekali Mbok yang selalu memberikan minum pagi di saat saya masih bekerja di bank. Saat jam 7-8 pagi saya tiba, dia sedang berkeliling meletakkan minum paginya. Dan saya selalu berusaha menyapanya.
Saya bersyukur dalam perjalanan karir dan usaha, Tuhan ijinkan bisa ada di perusahaan-perusahaan yang berbeda. Sehingga saya bisa melihat, bagaimana mereka menganggap karyawannya. Apakah sebagai karyawan, sebagai aset , sebagai keluarga.
Kekeluarga yang erat yang saya rasakan di salah satu bank tempat saya bekerja cukup lama membuat saya bertekad untuk menjadikan kantor dimana saya bekerja menjadi tempat 'tinggal' hati kita, seperti keluarga yang ada di rumah.
Saya tahu, di masa muda, saya lebih banyak menghabiskan waktu di gereja, kantor dibandingkan di rumah. Rumah seringkali hanya dijadikan tempat tidur, hanya istirahat. Sekarang saya menyadari, pentingnya keluarga di rumah yang membuat kita kuat di tempat kita bekerja. Dan sebaliknya.
Maka ayat ini mengingatkan saya kembali, pada masa muda kita, kita diajarkan banyak hal, termasuk menghargai waktu dan keluarga. Menghargai waktu saat ini dimaknai dengan memastikan kita menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu, saya menetapkan tidak ada overtime / lembur di kantor kecuali sangat-sangat terpaksa. Hal ini untuk memastikan mereka (tim dan saya juga) bisa pulang ontime, bertemu dengan orang terkasih mereka di rumah. Ini sempat menimbulkan kontroversi. Karena ada yang tidak nyaman bekerja ontime. Tapi dari waktu ke waktu, kami semakin baik, dan saya meminta mereka menggunakan waktu dengan tepat.
Tidak hanya itu, kami juga membuat keputusan agar jam kantor dimulai jam 9, dengan toleransi keterlambatan. Saya ingat, banyak keluarga muda yang ada di kantor, yang perlu mengantar anak mereka ke sekolah, dan mungkin baru bisa berinteraksi dengan keluarga mereka di pagi harinya. Karena tempat tinggal yang jauh membuat mereka perlu waktu 1-2 jam ke kantor. Maka saya meminta mereka untuk bangun pagi, gunakan waktu optimal dengan keluarga, sehingga bagi yang rumahnya jauh bisa memiliki waktu pagi dengan keluarga.
Jadi kami harus kerja ontime, jam 9-18 WIB untuk memastikan mereka semua kembali pulang ke rumah dengan cinta mereka kepada keluarga. Saya tahu, bagi yang masih jomblo seringkali tidak langsung pulang, karena mungkin mereka pergi dulu, dan ini wajar. Saya juga demikian dulu.
Dengan memastikan waktu yang teratur, maka otomatis hidup kita teratur. Hidup teratur dimulai dengan jam kerja yang teratur, waktu tidur yang teratur, maka otomatis makan pun jadi teratur. Di kala pandemi, kami pun memberikan vitamin tambahan untuk tim kantor.
Mendidik semua ini tidak mudah, perlu waktu, tapi dengan keteraturan, maka hidup kita teratur, termasuk juga dalam melakukan pekerjaan. Saya bersyukur sudah ada project manager dalam beberapa tahun ini, sehingga semua bisa di kontrol dengan tepat.
Mari kita mulai keteraturan dalam hidup kita dengan didikan Tuhan. .
Comments