Menguasai Diri

 15  "Apakah yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak dilakukannya titah raja Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida?"

16  Maka sembah Memukan di hadapan raja dan para pembesar itu: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros.
17  Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang.
18  Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.
19  Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya.
20  Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya--alangkah besarnya kerajaan itu! --,maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil."
21  Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu.
22  Dikirimkanlah oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya: "Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya."

Ratu Wasti mungkin juga tidak pernah menyangka keputusan itu dikeluarkan oleh raja, yang sedang mabuk kekuasaan kala itu. Tapi keputusan itu juga tidak salah, dan mungkin juga ada tepatnya bila dilihat dari konteks jaman itu. Namun bagaimana dengan sekarang. 

Wanita, perempuan sekarang ini memiliki kedudukan yang sama dengan pria, baik dia pemimpin tertinggi sekalipun, kesamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita sudah nyata dan kita alami saat ini. 

Mungkin di beberapa negara, atau suku bangsa masih menganggap berbeda, tapi seharusnya sudah tidak bisa lagi dibuat seperti itu. Karena kita semua adalah ciptaan Allah. 

Demikian pula dengan kecenderungan wanita menjadi pemimpin, mulai dari pemimpin dalam kelompok kecil, bisa supervisor, manager, hingga direktur, bahkan pemilik perusahaan. Ini pun telah menjadi hal yang umum kita temui saat ini.

Namun tetap, kita mengingat tugas dan kewajiban kita yang hakiki. Bila kita pria dan sebagai pemimpin, janganlah seperti Raja itu, mengambil keputusan terburu-buru dan tidak memikirkan dengan matang. Semua karena merasa dirinya superior. 

Juga bila kita menjadi wanita pemimpin, kita pun juga harus tetap mengingat tugas dan fungsi , peranan wanita yang sesungguhnya, menjadi ibu dari anak-anak. Tidak mudah, tapi semua harus dijalani. Maka tidak heran juga, banyak wanita pemimpin yang lahir dari keluarga yang sangat memegang teguh ajaran Kristen, karena keseimbangan tetap dijaga, sebagaimana Kristus menjaga umatNya.

Poin penting yang kita pelajari dari sikap Raja ini adalah bagaimana kita harus menguasai diri. Meskipun kita ada di posisi tertinggi, tetap kita harus mempertimbangkan banyak hal. Bila anda pemimpin perusahaan, pemilik sekalipun, manager, supervisor, kuasailah dirimu.

Comments

Popular posts from this blog

Guru Palsu

Menutup Tahun 2022