Mempersiapkan langkah memasuki pelayanan baru
Mempersiapkan diri untuk memulai pelayanan baru kembali membuat diri saya merasa kuatir. Kuatir akan banyak hal, terutama terkait dengan kesiapan mental yang harus disiapkan. Dan saya merasa sangat terbantu sekali dengan adanya Seminar dan KPI yang diadakan GKI Harapan Indah.
Seminar mengelola emosi dan mengatasi konflik diadakan tanggal 7 Mar 2020 di ruang kebaktian, dan lumayan banyak dihadiri oleh aktivis GKI HI, gereja yang menjadi tempat saya bernaung sekarang.
Seminar ini dibawakan oleh Pdt. Joseph Theo, yang saat ini bertugas di Gereja Presbyterian Bukit Batok Singapore.
Bila melihat sumber masalah dan konflik yang terjadi di gereja maka sebagian besar pertama masalanya adalah dari karakter manusianya (Mat 18:15-20). Sumber masalah dari pribadi yang terbentuk dari masa lalu yang kurang baik, bisa dari keluarga, kemudian dari pendidikan serta pola pikirnya.
Benar juga, sebagian besar masalah yang dulu saya hadapi di gereja lama, memang sebagian besar karena karakter orangnya. Oleh sebab itu juga, pemikiran dalam 1 Tim 3:6, dimana 'orang baru' yang baru masuk gereja, jangan langsung masuk ke dalam pelayanan. Mereka harus dipersiapkan dulu, agar LAHIR BARU. Akh, kata-kata yang sudah lama tidak saya dengar, tapi diangkat lagi sekarang.
Masalah dan konflik seringkali tanpa sadar di'publikasi'kan oleh kita (para pelayan) sendiri. Karena seringkali kita menghakimi, tidak mau melakukan cross-check. Sebab itu Yak 1:19 , mengajar kita untuk lambat dalam berbicara, tapi cepat mendengar.
Kedua, permasalahan juga muncul dari POLICY. Aturan yang kita buat sendiri.. Akh jadi ingat lagi, dulu benar-benar rumit merapihkan GSM yang suka 'jajan' dan meminta komitmen mereka. Tugas berat saya di awal bidang pembinaan. Dan kebijakan ini ditentang habis oleh sebagian besar GSM kala itu, tapi Tuhan menolong sehingga kami dapat melewati semua.
Ketiga, persoalan DOKTRIN. Sering bukan ranah nya karena biasanya yang berdebat para Hamba Tuhan, tapi tetap saja banyak hal yang secara prinsip saling bertentangan, dan pasti ada ketegangan. Seperti KPR 15:1-29. Di Alkitab sendiri ada 2 prinsip. Prinsip Naratif dimana ini sesuai dengan jaman atau budaya kala kitab dituliskan. Dan prinsip Normatif, ini yang harus kita ikuti, karena norma berlaku di segala jaman. Jangan kita terjebak dengan naratif yang kita temui di sebagian besar Alkitab. Urusan doktrin ini juga sempat mengingat adanya TAGER yang seolah menggantikan Alkitab. Kembali kita harus kembali ke Alkitab dalam urusan doktrin, dan tentu saja memohon pertolongan Tuhan.
Lalu apa JALAN KELUAR atas 3 masalah diatas ?
Jika muncul dari KARAKTER atau KEPRIBADIAN, maka sebelum pelayanan, orang ini harus LAHIR BARU. Maka perlu kelas pembinaan, pemuridan. Karena seyogyanya, pelayanan harus membentuk SPIRITUALLY HEALTY bukan SPIRITUALLY BUSY.
Saya tersentak, Mengingat dulu lagi, jangan-jangan saya SPIRITUALLY BUSY. Rapat sepanjang minggu, bisa tugas 2 kali , sabtu ikut berbagai seminar, luar biasa sibuknya. Tapi KOSONG. Dapat apa dari pelayanan ? Adakah SUKACITA PELAYANAN ? Jadi kita harus jadi GEREJA MARIA bukan GEREJA MARTA. Ini benar-benar menghentakan saya dan saya menemukan tekad , tujuan baru. Menjadi spiritually healthy dalam pelayanan baru nanti.
Setiap orang, pelayan Tuhan, harus selesai dengan masa lalunya, dan kemudian menjadi manusia baru. Masa lalu ini disebut VOID. Ini harus dibuang. STIGMA yang ada dalam otak kita harus dirapihkan.
Stephen Convey mengajarkan aturan 90/10. 10% dari kehidupan kita adalah unpredictable. Kita tidak bisa kontrol. 90% nya kita bisa menentukan sikap, reaksi. Tapi seringkali yang 10% ini mengontrol yang 90%. Bukan sebaliknya.
There's no such bad wheather, just bad clothing (Pepatah Norwegia). Negara yang ada di ujung utara bumi dengan suhu yang luar biasa dingin. Tidak ada masalah yang buruk, tapi yang ada hanyalah respon yang buruk.
Saya jadi ingat masa-masa itu, berbagai masalah kita gumuli bersama. Ada kalanya emosi meluap. Tapi untunglah selalu diingatkan untuk MENEGUR dalam KASIH (Kolose 3:12-13). Tegur 4 mata, bawalah 1-2 orang, barulah yang terakhir bawa ke Jemaat. Penggembalaan khusus bukan mengucilkan orang, apalagi membuang. Yang terjadi malah yang digembala-khusus-kan malah keluar dari gereja untuk 'kenyamanan' mereka sendiri. Itu pilihan.
Bila konflik dari POLICY. Maka kita sebagai pelayan harus RESPONSIF , segera bertindak.
Dulu seringkali semua keputusan harus menunggu rapat, dan tidak bisa cepat. Itu gunanya ada BPH, sehingga keputusan cepat bisa diambil.
Kemudian, keputusan ini harus merupakan SOLUSI KONKRIT. Bukan hanya menampung, tapi benar-benar mengena. Nah untuk ini, harus kembangkan pola pikir SOLUTION ORIENTED, bukan PROBLEM ORIENTED. Lihat KPR 6:3-4. Kriteria pelayan Tuhan : terkenal baik, penuh Roh Kudus (Buah Roh), berpikir Solution Oriented bukan problem oriented.
Lalu, keputusan yang diambil harus berdiri di atas semua golongan. Kemudian, keputusan harus dicatat, diaktakan. Lakukan rapat, semua kembali kepada Alkitab. Carilah solusi win-win. Lihat KPR 15. Keputusan ini juga harus TEGAS tapi KASIH.
Seharusnya PELAYANAN harus bisa MEMBENTUK karakter kita.
Seni Melayani dengan memperhatikan :
1. Memberikan teladan (2 Tim 4:12)
2. Rekan bukan KOMPETITOR tapi SUPPORTER. Pelayanan bukan kompetisi (1 Kor 12:21-31)
3. Bukan MENGUASAI tapi memberi INSPIRASI. Lihat 3 ajaran Ki Hajar Dewantoro
Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.
Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.
Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.
4. Jangan melayani karena UANG dan POSISI.
5. Utamakan KEWAJIBAN daripada HAK. Utamakan pelayanan daripada KENYAMANAN.
Sungguh materi yang menguatkan saya di sore itu.
Pagi ini, kembali saya mendapatkan penyegaran kembali dalam Kebaktian Penyegaran Iman HUT GKI Harapan Indah ke 26. HATI SEBAGAI HAMBA.
Hamba itu ada 3 :
- Doulos , seorang yang berada di bawah otoritas orang lain, tidak punya hak.
- Diakonos, seorang yang dengan rendah hati melayani orang lain
- Huperetes, orang yang bertindak berdasarkan perintah saja.
1. Hamba yang baik, sudah berbuat, tapi yang mendapatkan kemuliaan adalah TUANnya, bukan dirinya.
Hati seorang hamba diingatkan I AM NOBODY. Satu kesadaran tentang ketiadaan. Kesadaran bahwa kita adalah budak, tidak berguna, tidak bernilai. Hamba yang harus bertindak berdasarkan arahan dan perintah tuannya.
Kenosis, Filipi 2:5-11. Adalah baik memulai menjalankan pelayanan dari kesadaran, ketiadaan atau kekosongan.
Ingat lagu GIVE THANKS, coba kita balik di bagian lagu itu ..
... and now let the STRONG say I am WEAK
... let the RICH say I am POOR
tidak mudah bukan.
2. Hati seorang hamba adalah hati yang mau melayani TUHAN bukan melayani PEKERJAAN TUHAN. Melayani Tuhan artinya kita fokus kepada apa yang Tuhan MAU bukan kita mau dan mungkin saja kita TIDAK SUKA tugas ini.
Melayani PEKERJAAN TUHAN adalah melakukan pelayanan yang KITA SUKA, dan ini akan menghasilkan KELELAHAN.
Lihat Luk 10 kembali. Marta sibuk melayani. Maria duduk mendengarkan Tuhan Yesus. Melayani Tuhan akan menghasilkan BUAH ROH.
3. Hati yang rindu untuk BERFUNGSI. Ini bicara soal bagaimana hidup kita berguna untuk orang lain. Ingat cerita Ibu Salome (Mat 20:20-28) ibu dari Yakobus dan Yohanes, meminta POSISI untuk anaknya. Tapi Tuhan bilang, siapa yang bisa minum cawan pahit. Ini menunjukkan FUNGSI.
Kembali kita diingatkan konsep 90/10 Stephen Convey.
Maka FUNGSI lebih penting daripada POSISI. Ingat cerita Yusuf, yang dalam berbagai posisi sebagai budak, hingga perdana menteri bisa BERFUNGSI dengan BAIK.
Kita harus menjadi BERKAT bukan PARASIT dalam gereja. Yang hanya bisa menyedot tanpa memberi. FUNGSI menunjukkan PRESTASI. POSISI menunjukkan AMBISI.
Apa yang harus kita kerjakan adalah FUNGSI dan PRESTASI.
4. Memiliki EXCELLENT SPIRIT. Seperti Daniel, selalu melayani dengan SEPENUH HATI, TOTALITAS. Dawson Trotman "Bukan banyak orang tapi orang macam apa".
Semua bahan diatas menguatkan saya memasuki pelayanan baru.. Semoga itu terjadi juga dengan Anda.
Tuhan memberkati.
Comments