Diam dan Berdoalah
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu j yang ada di tempat tersembunyi 1 . Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
(Matius 6:6)
Beberapa hari ini benar-benar mencengangkan. Dunia yang semula gemerlap menjadi gelap. Semua hanya karena virus corona. Virus yang penyebarannya sangat cepat. Dan tidak hanya itu, penyebaran virus ini sangat cepat karena melalui orang-orang yang berpindah satu tempat ke tempat lain dengan pesawat. Maka tidak heran, virus ini bisa menjalar ke berbagai negara dari China di Desember, hingga tiba di Indonesia di awal Maret.
Semula hanya 2 orang terkena di tanggal 2 maret, tapi mendadak puluhan, ratusan, dan mungkin saja ribuan orang terkena. Banyak yang bisa sembuh, tapi tidak sedikit yang akhirnya meninggal. Semua membuat pemerintah waspada luar biasa, dan akhirnya ekonomi pun ikut terguncang.
Dalam beberapa hari ini ada seruan untuk tinggal di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah. Semua dilakukan untuk mencegah virus ini yang semakin cepat menjalar , menulari banyak orang. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah akan sakit, dan bisa saja memburuk. Dan ini terjadi tidak hanya di Indonesia, saat yang sama terjadi di berbagai negara.
Lalu apa tindakan kita sebagai orang percaya ? Pertama, kita tahu Tuhan bekerja dalam segala hal. Kami mencoba meyakini ada kuasa Tuhan dibalik semua perkara hidup kita, termasuk virus ini. Dari virus ini, kita semua harus diam di rumah.
Ayat Matius 6:6 tadi mengajak kita ke dalam aktifitas selanjutnya, yaitu berdoa. Selama ini kita berdoa selalu seolah terburu-buru. Ada banyak hal yang kita doakan. Dan kita seringkali berdoa di banyak tempat, tapi kali ini khusus, kita hanya bisa berdoa di rumah.
Semoga anda membaca ini belum terbaring di rumah sakit, terisolasi, tapi di rumah. Berdoa di rumah kami lakukan pada saat pagi bangun tidur, dan makan, dan sebelum tidur. Tapi sekarang, tidak ada banyak yang bisa kita lakukan. Anak-anak belajar online di rumah. Mereka merengek minta keluar rumah. Tapi tidak bisa. Semua harus diam. Diam di rumah.
Berdoa kali ini sangat berbeda. Ada perasaan pasrah, perasaan kuatir, ada perasaan galau. Berharap semua sanak saudara kami sehat-sehat saja, tapi juga kuatir kita yang seolah sehat tapi ternyata tidak sehat. Kami berdoa untuk kebaikan bersama, agar semua virus ini bisa hilang. Tapi tetap, doa adalah doa, sesuatu yang harus kita bawakan dan serahkan kepada Dia, sang pemilik hidup kita.
Kekuatiran tentang masa depan selalu muncul tiap kali mendengar kurs dollar yang bergerak naik, saham bertumbangan, nilai IHSG terjun bebas. Semua seolah tidak bisa dikendalikan. Uniknya ini terjadi di seluruh dunia. Pertanyaannya adalah, apakah mereka pun juga diam dan berdoa ?
Marilah berdiam diri, nikmati waktu bersama Tuhan dan keluarga, dan berdoalah. Saya yakin doa kita kali ini lebih khusuk, lebih bermakna dan kita pun semakin dikuatkan.
Teriring doa juga untuk para perawat, dokter dan orang-orang yang mendedikasikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu sesama yang sakit. Tetaplah berdoa
(Matius 6:6)
Beberapa hari ini benar-benar mencengangkan. Dunia yang semula gemerlap menjadi gelap. Semua hanya karena virus corona. Virus yang penyebarannya sangat cepat. Dan tidak hanya itu, penyebaran virus ini sangat cepat karena melalui orang-orang yang berpindah satu tempat ke tempat lain dengan pesawat. Maka tidak heran, virus ini bisa menjalar ke berbagai negara dari China di Desember, hingga tiba di Indonesia di awal Maret.
Semula hanya 2 orang terkena di tanggal 2 maret, tapi mendadak puluhan, ratusan, dan mungkin saja ribuan orang terkena. Banyak yang bisa sembuh, tapi tidak sedikit yang akhirnya meninggal. Semua membuat pemerintah waspada luar biasa, dan akhirnya ekonomi pun ikut terguncang.
Dalam beberapa hari ini ada seruan untuk tinggal di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah. Semua dilakukan untuk mencegah virus ini yang semakin cepat menjalar , menulari banyak orang. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah akan sakit, dan bisa saja memburuk. Dan ini terjadi tidak hanya di Indonesia, saat yang sama terjadi di berbagai negara.
Lalu apa tindakan kita sebagai orang percaya ? Pertama, kita tahu Tuhan bekerja dalam segala hal. Kami mencoba meyakini ada kuasa Tuhan dibalik semua perkara hidup kita, termasuk virus ini. Dari virus ini, kita semua harus diam di rumah.
Ayat Matius 6:6 tadi mengajak kita ke dalam aktifitas selanjutnya, yaitu berdoa. Selama ini kita berdoa selalu seolah terburu-buru. Ada banyak hal yang kita doakan. Dan kita seringkali berdoa di banyak tempat, tapi kali ini khusus, kita hanya bisa berdoa di rumah.
Semoga anda membaca ini belum terbaring di rumah sakit, terisolasi, tapi di rumah. Berdoa di rumah kami lakukan pada saat pagi bangun tidur, dan makan, dan sebelum tidur. Tapi sekarang, tidak ada banyak yang bisa kita lakukan. Anak-anak belajar online di rumah. Mereka merengek minta keluar rumah. Tapi tidak bisa. Semua harus diam. Diam di rumah.
Berdoa kali ini sangat berbeda. Ada perasaan pasrah, perasaan kuatir, ada perasaan galau. Berharap semua sanak saudara kami sehat-sehat saja, tapi juga kuatir kita yang seolah sehat tapi ternyata tidak sehat. Kami berdoa untuk kebaikan bersama, agar semua virus ini bisa hilang. Tapi tetap, doa adalah doa, sesuatu yang harus kita bawakan dan serahkan kepada Dia, sang pemilik hidup kita.
Kekuatiran tentang masa depan selalu muncul tiap kali mendengar kurs dollar yang bergerak naik, saham bertumbangan, nilai IHSG terjun bebas. Semua seolah tidak bisa dikendalikan. Uniknya ini terjadi di seluruh dunia. Pertanyaannya adalah, apakah mereka pun juga diam dan berdoa ?
Marilah berdiam diri, nikmati waktu bersama Tuhan dan keluarga, dan berdoalah. Saya yakin doa kita kali ini lebih khusuk, lebih bermakna dan kita pun semakin dikuatkan.
Teriring doa juga untuk para perawat, dokter dan orang-orang yang mendedikasikan waktu dan tenaga mereka untuk membantu sesama yang sakit. Tetaplah berdoa
Comments