Didik millenial gaya kolonial
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
David Green lahir di tengah keluarga pendeta. Sekalipun orang tuanya bukan orang kaya, namun mereka berhati mulia-suka memberi dan berbagi. Kegemaran memberi pun tertanam menjadi sifat yang diwarisinya. Cita-citanya menjadi seorang pengusaha tercapai. Kini, dirinya adalah pemilik toko terbesar di Amerika yang menjual segala jenis bahan untuk orang menyalurkan hobi dan menghasilkan karya cipta sendiri. Ia selalu rindu untuk meningkatkan jumlah pemberiannya. Sekarang, di usia 70-an, ia berhasil memberikan setengah dari keuntungan usahanya setiap bulan untuk gereja dan amal.
Pendeta Max Lucado berkata, mendidik anak sejak usia dini adalah ibarat menginjakkan kaki di atas semen basah. Seiring berjalannya waktu, bekas injakan itu akan kering-jadilah cetakan telapak kaki yang permanen.
Seberapa besar kemampuan kita mendidik orang muda? Milenial jaman kini sangat berbeda, tapi kitab Amsal tetap menandaskan, pentingnya mendidik mereka bukan membiarkan mereka tumbuh liar.
Mengapa? Agar tidak tumbuh liar, mungkin cara kolonial harus dipakai untuk mendidik mereka. Agar jalan mereka tidak menyimpang, ajarkan mereka cara berjalan di semen basah, sulit dan harus tegas. Jejakan mereka mungkin dalam, tapi harus cepat. Itu dia sebabnya, kami di perusahaan cenderung megambil anak muda dan melatih, mentoring mereka. Ajak mereka jalan bersama, lari dan duduk bersama, ajarkan cara yang benar. Tapi tetap tegas.
Comments