Bekerja adalah Berdoa (Laborare Est Orare)
Ungkapan "Berdoa dan Bekerja = Ora Et Labora" sudah sangat sering kita dengar. Tidak ada yang salah dengan ungkapan dan ajakan ini, hanya saja seolah keduanya terpisahkan. Seharusnya keduanya adalah satuan yang erat. Terutama bagi kita para pekerja dan pengusaha.
Dengan mengandalkan Tuhan dalam keseharian kita, dan kehidupan pekerjaan ini,maka seyogyanya yang terjadi adalah Laborare Est Orare. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Fokusnya adalah melakukan segala sesuatu sebagai doa kita. Termasuk pekerjaan kita.
Maka dengan demikian, doa tidak lagi dipandang sebagai ritual yang harus kita lakukan jika kita ingin pekerjaan kita berhasil.
Bandingkan, Amos 5:21-24
Aku membenci, k Aku menghinakan perayaanmu 1 l dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.m 5:22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran n dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, o p dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.q r 5:23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu s tidak mau Aku dengar.5:24 Tetapi biarlah keadilan t bergulung-gulung seperti air dan kebenaran u seperti sungai v yang selalu mengalir."
Doa tidak dijadikan semata ritual agar pekerjaan kita berhasil. Padahal sesungguhnyalah pekerjaan kita adalah doa kita. Pada saat kita mengerjakan segala sesuatu (laborare) sebagai doa (orare) , maka kita sesungguhnya tengah menyapa Allah dalam setiap detik kehidupan kita.
Dengan memastikan bahwa pekerjaan kita adalah doa kita, maka kita juga akan melakukan aktifitas kita adalah doa, sesuatu yang dipanjatkan, dilakukan untuk Allah dan sesama. Sehingga kita tidak akan berlebihan dalam bekerja (workaholic) dan juga sebaliknya, kita tidak akan berlebihan dalam berdoa (prayerholic), karena keduanya sejalan dengan detik kehidupan kita.
Dengan mengandalkan Tuhan dalam keseharian kita, dan kehidupan pekerjaan ini,maka seyogyanya yang terjadi adalah Laborare Est Orare. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Fokusnya adalah melakukan segala sesuatu sebagai doa kita. Termasuk pekerjaan kita.
Maka dengan demikian, doa tidak lagi dipandang sebagai ritual yang harus kita lakukan jika kita ingin pekerjaan kita berhasil.
Bandingkan, Amos 5:21-24
Aku membenci, k Aku menghinakan perayaanmu 1 l dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.m 5:22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran n dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, o p dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.q r 5:23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu s tidak mau Aku dengar.5:24 Tetapi biarlah keadilan t bergulung-gulung seperti air dan kebenaran u seperti sungai v yang selalu mengalir."
Doa tidak dijadikan semata ritual agar pekerjaan kita berhasil. Padahal sesungguhnyalah pekerjaan kita adalah doa kita. Pada saat kita mengerjakan segala sesuatu (laborare) sebagai doa (orare) , maka kita sesungguhnya tengah menyapa Allah dalam setiap detik kehidupan kita.
Dengan memastikan bahwa pekerjaan kita adalah doa kita, maka kita juga akan melakukan aktifitas kita adalah doa, sesuatu yang dipanjatkan, dilakukan untuk Allah dan sesama. Sehingga kita tidak akan berlebihan dalam bekerja (workaholic) dan juga sebaliknya, kita tidak akan berlebihan dalam berdoa (prayerholic), karena keduanya sejalan dengan detik kehidupan kita.
Comments