Terlibat hutang
Mungkin belum lama, baru beberapa bulan, tapi pastinya kita akan bisa mengenali bagaimana seseorang menggunakan uangnya. Pada saat ada uang, pendapatan melimpah, yang dibelanjakan nya adalah barang berkualitas tinggi, tiap hari makannya melimpah. Pada saat tidak ada uang, atau menipis, maka sebaliknya.
Mungkin juga, dalam interaksi , kita mengetahui berapa jumlah 'harta' nya dari benda yang dipakainya, kendaraan yang digunakannya , dan bagaimana kehidupan kesehariannya . Hidup di kota besar seperti Jakarta, sangat sulit untuk tidak bergaya mengikuti konsumerisme yang sudah ada.
Kerap kali, tim kami datang menghadap untuk meminjam uang untuk berbagai keperluan. Mulai dari yang paling Urgent , sampai kepada sesuatu yang menurut saya, mungkin tidak pada tempatnya. Ada yang meminjam untuk kepentingan keluarga, biaya pengobatan, hingga mendukung pernikahan keluarga, tapi yang aneh, ada yang meminjam untuk menutup tunggakan kartu kredit karena mengganti ban mobilnya dengan Type termahal. Sungguh beragam orang menggunakan uang, dan bagaimana mereka menghargai uang akan tampak disana.
Tentu mungkin tidak semua disetujui dengan beragam pertimbangannya juga. Tapi hampir sebagian besar diloloskan dengan mekanisme pemotongan gaji. Mungkin orang bilang, ini terlalu fleksibel, tapi sebenarnya saya juga belajar beberapa hal.
Yang pertama. Adalah melihat komitmen mereka untuk tetap berusaha menjaga kualitas pekerjaan meskipun tidak atau terkait hutang dengan perusahaan. Komitmen ini ditunjukkan tentunya dua arah. Perusahaan yang mendukung tim karyawan untuk bekerja maksimal, juga tidak mau direpotkan oleh urusan keuangan yang seharusnya bukan menjadi domain nya. Tapi karena ingin karyawan fokus, komitmen dengan pekerjaan maka tentunya faktor pengganggu pikirannya harus dipertimbangkan , salah satunya adalah urusan kantong. Bagaimana mau kerja optimal kalau tiap hari dirumahnya ribut urusan keuangan, misalnya ada orang tua yang sakit menahun. Selama dalam batas ambang yang bisa dibantu perusahaan , tentu dapat dipertimbangkan . Tidak sedikit juga yang digunakan untuk membangun, mengontrak, atau mungkin membeli rumah. Semua dipertimbangkan dengan faktor pekerjaan dan lama kerja karyawan selama ini. Tentunya selama masih terlibat pinjaman karyawan ini, maka tidak bisa keluar dari perusahaan. Jadi faktor utama adalah komitmen. Komitmen untuk bekerja baik, komitmen untuk mencapai hasil terbaik. Dan tentunya komitmen untuk melunasi kewajibannya. Komitmen ini juga menunjukkan kejujuran baik kepada dirinya sendiri, dan jelas kepada Tuhan , sang pemberi hidup.
Kedua, adanya batas kemampuan. Mungkin bukan hal baru untuk kita, tapi nilai hutang tidak bisa mencapai 50% dari penghasilan tiap bulannya. Di tempat kami yang menjunjung tinggi kesejahteraan karyawan, dimana semua biaya terkait pekerjaan dapat ditanggung perusahaan, baik bensin, parkir, biaya entertaimnet, hingga urusan lain terkait pekerjaan, perusahaan siap menggantinya. Oleh karena itu, dalam pemikiran kami, gaji yang mereka terima, serta bonus yang mungkin mereka dapat, sudah bersih, tidak ada embel embel cost lain untuk pekerjaan. Berhutang tidak boleh melebih batas kemampuan.
Ketiga, ingat selalu hukum Tabur Tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Bila kita berhutang , dan memiliki kewajiban, maka harus kita penuhi. Bila tidak, maka tentu tuaian lain yang kita dapatkan. Bila kita meminjamkan sejumlah uang, memang tidak menjadi prioritas bila kita harus terus mengejar hutang hutang terutama kepada tim kita , tapi tentu kita harapkan mereka memiliki komitmen untuk melunasi hutangnya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan di awal. Apabila tidak tentu ada pertimbangan lain. Tapi apa yang kita tabur, dalam hal ini kebaikan untuk membantu tim kita yang sedang kesulitan keuangan, tentu tuaian yang baik juga yang kita harapkan.
Keempat, sesuaikan anggaran. Kadang mereka hanya fokus kepada besar jumlah uang yang akan mereka terima, tapi ajar juga kepada mereka untuk mengukur kemampuan mengembalikan hutang. Anggaran untuk menutup hutang juga perlu dialokasikan. Jangan lupa, mungkin mereka punya kewajiban lain yang harus mereka penuhi . Sesuaikan dengan kemampuan dan gaji mereka.
Tentunya kita sebagai orang yang dipercaya Tuhan untuk mengelola perusahaan harus menggunakan segala kemampuannya kita dan potensi kita sendiri untuk menjaga cash flow perusahaan.
Apabila perusahaan banyak menanggung kewajiban lain terkait hutang ke karyawan atau owner tentu tidak akan menjadi sehat juga. Ingat, Tuhan berikan perusahaan untuk digunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan namaNya, dan ini untuk jangka panjang, bukan jangka pendek.
Memasuki 10 tahun perusahaan ini, Tuhan senantiasa kiranya memimpin kami menjalankan perusahaan. Tuhan memberkati.
Mungkin juga, dalam interaksi , kita mengetahui berapa jumlah 'harta' nya dari benda yang dipakainya, kendaraan yang digunakannya , dan bagaimana kehidupan kesehariannya . Hidup di kota besar seperti Jakarta, sangat sulit untuk tidak bergaya mengikuti konsumerisme yang sudah ada.
Kerap kali, tim kami datang menghadap untuk meminjam uang untuk berbagai keperluan. Mulai dari yang paling Urgent , sampai kepada sesuatu yang menurut saya, mungkin tidak pada tempatnya. Ada yang meminjam untuk kepentingan keluarga, biaya pengobatan, hingga mendukung pernikahan keluarga, tapi yang aneh, ada yang meminjam untuk menutup tunggakan kartu kredit karena mengganti ban mobilnya dengan Type termahal. Sungguh beragam orang menggunakan uang, dan bagaimana mereka menghargai uang akan tampak disana.
Tentu mungkin tidak semua disetujui dengan beragam pertimbangannya juga. Tapi hampir sebagian besar diloloskan dengan mekanisme pemotongan gaji. Mungkin orang bilang, ini terlalu fleksibel, tapi sebenarnya saya juga belajar beberapa hal.
Yang pertama. Adalah melihat komitmen mereka untuk tetap berusaha menjaga kualitas pekerjaan meskipun tidak atau terkait hutang dengan perusahaan. Komitmen ini ditunjukkan tentunya dua arah. Perusahaan yang mendukung tim karyawan untuk bekerja maksimal, juga tidak mau direpotkan oleh urusan keuangan yang seharusnya bukan menjadi domain nya. Tapi karena ingin karyawan fokus, komitmen dengan pekerjaan maka tentunya faktor pengganggu pikirannya harus dipertimbangkan , salah satunya adalah urusan kantong. Bagaimana mau kerja optimal kalau tiap hari dirumahnya ribut urusan keuangan, misalnya ada orang tua yang sakit menahun. Selama dalam batas ambang yang bisa dibantu perusahaan , tentu dapat dipertimbangkan . Tidak sedikit juga yang digunakan untuk membangun, mengontrak, atau mungkin membeli rumah. Semua dipertimbangkan dengan faktor pekerjaan dan lama kerja karyawan selama ini. Tentunya selama masih terlibat pinjaman karyawan ini, maka tidak bisa keluar dari perusahaan. Jadi faktor utama adalah komitmen. Komitmen untuk bekerja baik, komitmen untuk mencapai hasil terbaik. Dan tentunya komitmen untuk melunasi kewajibannya. Komitmen ini juga menunjukkan kejujuran baik kepada dirinya sendiri, dan jelas kepada Tuhan , sang pemberi hidup.
Kedua, adanya batas kemampuan. Mungkin bukan hal baru untuk kita, tapi nilai hutang tidak bisa mencapai 50% dari penghasilan tiap bulannya. Di tempat kami yang menjunjung tinggi kesejahteraan karyawan, dimana semua biaya terkait pekerjaan dapat ditanggung perusahaan, baik bensin, parkir, biaya entertaimnet, hingga urusan lain terkait pekerjaan, perusahaan siap menggantinya. Oleh karena itu, dalam pemikiran kami, gaji yang mereka terima, serta bonus yang mungkin mereka dapat, sudah bersih, tidak ada embel embel cost lain untuk pekerjaan. Berhutang tidak boleh melebih batas kemampuan.
Ketiga, ingat selalu hukum Tabur Tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Bila kita berhutang , dan memiliki kewajiban, maka harus kita penuhi. Bila tidak, maka tentu tuaian lain yang kita dapatkan. Bila kita meminjamkan sejumlah uang, memang tidak menjadi prioritas bila kita harus terus mengejar hutang hutang terutama kepada tim kita , tapi tentu kita harapkan mereka memiliki komitmen untuk melunasi hutangnya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan di awal. Apabila tidak tentu ada pertimbangan lain. Tapi apa yang kita tabur, dalam hal ini kebaikan untuk membantu tim kita yang sedang kesulitan keuangan, tentu tuaian yang baik juga yang kita harapkan.
Keempat, sesuaikan anggaran. Kadang mereka hanya fokus kepada besar jumlah uang yang akan mereka terima, tapi ajar juga kepada mereka untuk mengukur kemampuan mengembalikan hutang. Anggaran untuk menutup hutang juga perlu dialokasikan. Jangan lupa, mungkin mereka punya kewajiban lain yang harus mereka penuhi . Sesuaikan dengan kemampuan dan gaji mereka.
Tentunya kita sebagai orang yang dipercaya Tuhan untuk mengelola perusahaan harus menggunakan segala kemampuannya kita dan potensi kita sendiri untuk menjaga cash flow perusahaan.
Apabila perusahaan banyak menanggung kewajiban lain terkait hutang ke karyawan atau owner tentu tidak akan menjadi sehat juga. Ingat, Tuhan berikan perusahaan untuk digunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan namaNya, dan ini untuk jangka panjang, bukan jangka pendek.
Memasuki 10 tahun perusahaan ini, Tuhan senantiasa kiranya memimpin kami menjalankan perusahaan. Tuhan memberkati.
Comments