Komitmen ke supplier
Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna,
tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.
TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi
keinginan orang fasik ditolak-Nya.
(Amsal 10:2,3)
Dalam perjalanan usaha kita masing-masing, Sadarkah kita bahwa ada saatnya, ada waktu waktu dimana kita mendapatkan penawaran dan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang besar, dengan nilai yang fantastis?
Ini yang seringkali membuat kita merinding, bertanya, apakah ini benar? Ini kesempatan untuk mendapatkan keuntungan terbesar, dengan segala risiko nya, dengan segala kemungkinan. Kita akan mencoba berhitung, dan adanya kalanya, nekat menjadi keputusan kita.
Kita tahu, pekerjaan ini berisiko besar, membutuhkan modal besar, dan akhirnya kita berupaya dengan mengambil hutang disana sini. Membuat agar pekerjaan ini berjalan sukses dan akhirnya bisa, pekerjaan-pekerjaan besar ini bisa selesai , meskipun menyisakan persoalan yang tidak mudah. Yaitu hutang kepada supplier.
Ini yang seringkali kita remehkan, kita permainkan para supplier pendukung kita. Bahkan mungkin ada yang nekat berhutang hingga tahunan. Bahkan diimingi dengan bunga dan bunga.
Wah, ini mengingatkan saya kepada perusahaan dimana saya bekerja di dalamnya. Hutangnya ribuan dollar, dan saya yang dipasang untuk menghadapi para supplier ini. Bayangkan saja, bertahun saya harus hadapi para supplier yang berjuang mendapatkan haknya dan saya hanya bisa menjadi perantara mereka dengan manajemen . Di lain pihak, seolah manajemen , dan orang pimpinan tertentu seolah tetap nyaman dengan gaya hidup mereka.
Gerah kita dibuatnya. Oleh karena itu, dalam perusahaan yang kita kelola, usahakan menjaga hubungan baik dengan supplier, tidak hanya dengan Customer. Mengapa? Karena salah satu kunci keberhasilan Anda adalah manajemen supplier itu.
Sebagai supplier, seringkali saya pun 'tertipu' oleh pembeli layanan kami. Dijanjikan dibayar cepat, tapi dibayar demikian lama. Bahkan ada yang belum membayar hingga saat ini. Ada yang membayar dengan mencicil. Tapi bila bertemu, mereka seolah hidup dalam kemewahan dengan gaya hidup nya sendiri, ini yang saya bilang mengambil dan memiliki harta dengan cara yang tidak baik.
Tapi tahukah Anda, bahwa meskipun mereka seolah mewah, hutang melilit keseharian mereka, bulanan mereka habis untuk membayar hutang ke supplier dan bank. Inikah hidup?
Yakinlah tetap senantiasa, apabila kita menjalani hidup benar, kita tidak perlu melakukan hal seperti itu, komitmen dengan supplier bisa Anda perbaharui, jaga hubungan dengan supplier. Mengambil keuntungan sewajarnya, memberikan supplier hak mereka , itu juga kewajiban Anda sebagai pengusaha. Tuhan telah mengajarkannya,
Comments