Persepsi yang menentukan - Ning
Persepsi Yang Menentukan - Untuk Direnugkan
Setahun yang lalu temanku yg berada di puncak karirnya, tiba-tiba harus menganggur karena perusahaannya bangkrut. Karena dia punya keahlian, sebuah gereja memberikan pekerjaan dg gaji yg sangat kecil. Dia sangat marah kepada Tuhan karena dia merasa Tuhan telah membuang dan mencampakkan dia ke dasar lubang yg sangat dalam dan gelap. Dia merasa Tuhan meninggalkan dia sendirian. Berhari2 dia berdoa minta supaya Tuhan mengeluarkan dia dari lubang tsb secepatnya. Karena sampai sekarang posisi dia masih sama, dia merasa Tuhan sudah memalingkan wajah, tidak mau mendengarkan dan mengabulkan permintaannya. Sampai suatu kali dia bilang kalo Tuhan tidak segera memberikan jalan utk mencapai puncak yg spt dulu,dia mau menjauhi Tuhan.
Sebenarnya berat tidaknya suatu masalah tidak ditentukan oleh peristiwa atau keadaan yang dihadapi. Masalah menjadi terasa sangat berat karena persepsi dia yang salah. Orang tsb merasa masalahnya terlalu berat karena dia berpikir bahwa Tuhan meninggalkan dan membiarkan dia, menanggung masalahnya seorang diri. Andai saja dia mau melihat Tuhan yg menggendong dia di dasar lubang dan turut merasakan apa yang dia rasakan, maka dia bisa menjalani masalahnya dengan lebih ringan dan nyaman.
Sebenarnya tempat/posisi di mana dia berada sekarang tidak mempengaruhi masalahnya. Tempat/posisi yg sekarang bisa dipersepsikan sebagai "Babel" (negeri pembuangan) ato sebaliknya sebagai "Kanaan yg Tuhan janjikan". Orang tsb mempersepsikan tempat di mana dia berada sebagi dasar lubang karena dia memotretnya dari puncak tempat dia dulu berada. Semakin dia mendongak, melihat ke puncak yg dia inginkan, maka dia makin merasa berada di tempat yg sangat rendah. Andai saja dia tidak mendongak ke atas dan mau menerima realitas yang ada di hadapannya, maka ia akan melihat dasar lubang itu sebagai tanah datar dg segala keindahannya yang bisa dia garap sebaik mungkin.
Jika tanah datar tempatnya berpijak dianggap sebagai dasar lubang yg dalam dan gelap, maka orang itu merasa Tuhan sedang menghukumnya. Akan lebih positif jika orang itu memandang tempat di mana ia berada merupakan tempat terbaik yang dipilih Tuhan sebagi tempat penggemblengan untuk menyiapkan dia supaya lebih siap dan mampu menerima penugasan dari Tuhan yang lebih besar.
Proses penggemblengan dari Tuhan pasti membutuhkan waktu sampai orang itu benar-benar siap dan layak menerima penugasan yg lebih besar dari Tuhan. Semakin orang tsb intim dg Tuhan, maka dia semakin peka memahami kehendak Tuhan.
Tuhan mengijinkan orang tsb berada di tempat penggemblengan dalam jangka waktu tertentu (bisa sebentar, bisa lama - tergantung kehendak Tuhan). Proses penggemblengan tidak bisa instan karena Tuhan sedang membentuk karakter dan kemampuan/skill yang dibutuhkan untuk mengemban penugasan dari Tuhan. Setidaknya ada 4 bidang yg diasah selama dalam masa penggemblengan, yaitu:
1. Kesabaran: Proses penggemblengan biasanya berlangsung lama (tidak terlalu cepat) karena Tuhan mau melatih kesabaran,
2. Kerendahan hati : Proses penggemblengan dari Tuhan biasanya melalui ujian2 yg berat, bahkan kadang sampai orang merasa kekuatannya telah habis. Dengan proses ini Tuhan membentuk orang menjadi rendah hati dan hanya bergantung pada kekuatan Tuhan.
3. Kemampuan/Skill: Proses penggemblengan dari Tuhan sering kali menggunakan persoalan yg sangat sulit, sampai orang merasa tidak layak, sehingga orang tsb terdorong untuk meningkatkan kemampuan kerja yg efektif,
4. Pemahaman akan Tuhan yg semakin dalam dengan dimensi2 yg lebih lengkap. Melalui kesulitan2, orang bisa semakin mengenal siapa Tuhan dan bagaimana Dia memimpin/menuntun orang keluar dari kesulitannya. Banyak orang yang saat berada di puncak kejayaan hanya melihat kehadiran Tuhan dlm bentuk berkat materi. Namun setelah dibentuk Tuhan melalui kesulitan2, baru melihat Tuhan dg dimensi2 baru yang dulu belum dipahami, misalnya: Tuhan selalu bersama kita dan merasakan semua kesulitan/penderitaan kita, dll.
Setahun yang lalu temanku yg berada di puncak karirnya, tiba-tiba harus menganggur karena perusahaannya bangkrut. Karena dia punya keahlian, sebuah gereja memberikan pekerjaan dg gaji yg sangat kecil. Dia sangat marah kepada Tuhan karena dia merasa Tuhan telah membuang dan mencampakkan dia ke dasar lubang yg sangat dalam dan gelap. Dia merasa Tuhan meninggalkan dia sendirian. Berhari2 dia berdoa minta supaya Tuhan mengeluarkan dia dari lubang tsb secepatnya. Karena sampai sekarang posisi dia masih sama, dia merasa Tuhan sudah memalingkan wajah, tidak mau mendengarkan dan mengabulkan permintaannya. Sampai suatu kali dia bilang kalo Tuhan tidak segera memberikan jalan utk mencapai puncak yg spt dulu,dia mau menjauhi Tuhan.
Sebenarnya berat tidaknya suatu masalah tidak ditentukan oleh peristiwa atau keadaan yang dihadapi. Masalah menjadi terasa sangat berat karena persepsi dia yang salah. Orang tsb merasa masalahnya terlalu berat karena dia berpikir bahwa Tuhan meninggalkan dan membiarkan dia, menanggung masalahnya seorang diri. Andai saja dia mau melihat Tuhan yg menggendong dia di dasar lubang dan turut merasakan apa yang dia rasakan, maka dia bisa menjalani masalahnya dengan lebih ringan dan nyaman.
Sebenarnya tempat/posisi di mana dia berada sekarang tidak mempengaruhi masalahnya. Tempat/posisi yg sekarang bisa dipersepsikan sebagai "Babel" (negeri pembuangan) ato sebaliknya sebagai "Kanaan yg Tuhan janjikan". Orang tsb mempersepsikan tempat di mana dia berada sebagi dasar lubang karena dia memotretnya dari puncak tempat dia dulu berada. Semakin dia mendongak, melihat ke puncak yg dia inginkan, maka dia makin merasa berada di tempat yg sangat rendah. Andai saja dia tidak mendongak ke atas dan mau menerima realitas yang ada di hadapannya, maka ia akan melihat dasar lubang itu sebagai tanah datar dg segala keindahannya yang bisa dia garap sebaik mungkin.
Jika tanah datar tempatnya berpijak dianggap sebagai dasar lubang yg dalam dan gelap, maka orang itu merasa Tuhan sedang menghukumnya. Akan lebih positif jika orang itu memandang tempat di mana ia berada merupakan tempat terbaik yang dipilih Tuhan sebagi tempat penggemblengan untuk menyiapkan dia supaya lebih siap dan mampu menerima penugasan dari Tuhan yang lebih besar.
Proses penggemblengan dari Tuhan pasti membutuhkan waktu sampai orang itu benar-benar siap dan layak menerima penugasan yg lebih besar dari Tuhan. Semakin orang tsb intim dg Tuhan, maka dia semakin peka memahami kehendak Tuhan.
Tuhan mengijinkan orang tsb berada di tempat penggemblengan dalam jangka waktu tertentu (bisa sebentar, bisa lama - tergantung kehendak Tuhan). Proses penggemblengan tidak bisa instan karena Tuhan sedang membentuk karakter dan kemampuan/skill yang dibutuhkan untuk mengemban penugasan dari Tuhan. Setidaknya ada 4 bidang yg diasah selama dalam masa penggemblengan, yaitu:
1. Kesabaran: Proses penggemblengan biasanya berlangsung lama (tidak terlalu cepat) karena Tuhan mau melatih kesabaran,
2. Kerendahan hati : Proses penggemblengan dari Tuhan biasanya melalui ujian2 yg berat, bahkan kadang sampai orang merasa kekuatannya telah habis. Dengan proses ini Tuhan membentuk orang menjadi rendah hati dan hanya bergantung pada kekuatan Tuhan.
3. Kemampuan/Skill: Proses penggemblengan dari Tuhan sering kali menggunakan persoalan yg sangat sulit, sampai orang merasa tidak layak, sehingga orang tsb terdorong untuk meningkatkan kemampuan kerja yg efektif,
4. Pemahaman akan Tuhan yg semakin dalam dengan dimensi2 yg lebih lengkap. Melalui kesulitan2, orang bisa semakin mengenal siapa Tuhan dan bagaimana Dia memimpin/menuntun orang keluar dari kesulitannya. Banyak orang yang saat berada di puncak kejayaan hanya melihat kehadiran Tuhan dlm bentuk berkat materi. Namun setelah dibentuk Tuhan melalui kesulitan2, baru melihat Tuhan dg dimensi2 baru yang dulu belum dipahami, misalnya: Tuhan selalu bersama kita dan merasakan semua kesulitan/penderitaan kita, dll.
Comments