PAKU YANG TERTANCAP
(Ubahlah aku ya Tuhan)
Suatu hari ada seorang gadis kecil yang cantik dan baik hati tapi sering ngambek, nggak sabaran dan sering marah. Namanya Mimi. Ibu Mimi sedih melihat Mimi sering marah-marah.
Suatu ketika Ibu Mimi memanggil Mimi ”Mimi, sini sayang…”
Mimi mendekat, “ya bu.. ada apa?”
Lalu ibu Mimi memberi sebilah kayu, paku dan palu. Mimi bingung “ini.. buat apa bu?”
“Mimi, setiap kali kamu marah, kamu ambil sebuah paku dan tancapkan ke kayu ini, dan sebaliknya saat kamu dapat menahan amarahmu, kamu boleh cabut sebuah paku dari kayu ini”
Mimi mengikuti perkataan ibunya, tiap kali ia marah, ia menancapkan sebuah paku dan saat ia dapat menahan amarahnya ia mencabut sebuah paku.
Secara bertahap Mimi sadar, ternyata untuk menancapkan paku dan mencabutnya itu sulit, nggak kalah sulit dibandingkan mengatur emosinya.
Lalu Mimi mendekati ibunya, “bu.. ini aku balikin kayu, paku dan palu..” kata Mimi cemberut
Ibu Mimi melihat Mimi, lalu tersenyum “kenapa dibalikin, Mimi..”
“aku nggak suka, sulit bu..”
Ibu Mimi menghela nafas, “ Mimi, kamu lihat kayu ini. Kayu ini nggak lagi sama seperti waktu ibu menyerahkannya kepadamu..”
“iya bu, aku mengikuti kata ibu, marah aku tancapin paku, lalu waktu aku bisa menahan marahku, pakunya ku cabut..” kata Mimi
Ibu Mimi mengangguk, “iya, Mimi, sekarang kayu ini ada paku dan bekas paku, ada bekas luka.. Demikian juga kalau kamu berkata – kata dalam kemarahanmu, kata-katamu bisa melukai hati yang mendengarnya. Sama seperti paku melukai kayu ini.”
Mimi diam, liatin kayu
“Mimi, kamu tau kan kalau marah dan berkata kasar itu nggak baik?”
Mimi mengangguk, diam.
“Mimi, dengan kata-katamu, kamu bisa membuat orang lain sedih, marah dan sakit hati. Sebaliknya dengan kata-katamu, kamu juga bisa membuat orang lain terhibur, dan gembira. Semua tergantung pilihanmu. Kamu mau pakai kata-katamu untuk membuat orang lain gembira atau sakit hati. Mana pilihanmu, Mimi? “ tanya Ibu.
“aku nggak mau kata-kataku membuat orang lain sedih, sakit hati, bu.. Aku nggak pengen marah-marah, tapi susah banget.. kalau ada yang ngejek aku, atau bikin aku nggak senang, aku langsung pengen marah, bu. Aku mau berubah, tapi.. bagaimana..?“ kata Mimi sedih
“Ibu tau kalau itu sulit. Kau tau Mimi, ada Seseorang yang bisa membantumu..”
“Siapa bu?”
“Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bisa menolongmu, mengubah kebiasaanmu yang nggak baik, suka marah2.. Bagaimana kalau kita berdoa minta Tuhan Yesus menolongmu, Mimi?”
“Apa Tuhan Yesus mau menolong? Aku sering nakal dan marah-marah, apa Tuhan Yesus masih mau menjawab doaku, bu? “ tanya Mimi sedih
“Mimi, Tuhan Yesus sayang Mimi, Tuhan sayang semua anak. Memang seringkali orang berbuat kesalahan. Kesalahan, pelanggaran itu disebut dosa. Dosa mendatangkan murka Allah, penghukuman. Tapi Tuhan Yesus sangat mengasihi kita sehingga Ia mau menanggung hukuman kesalahan kita.
“Apa kau tau, Mimi, bagaimana Tuhan Yesus menanggung dosa kita?” kata ibu Mimi
Mimi mengelengkan kepala.
“Tuhan Yesus menebus dosa kita dengan mati di kayu salib dan pada hari ke 3, Tuhan Yesus bangkit, menang mangalahkan maut. Jadi kalau kau percaya ini, buka hatimu, minta Tuhan Yesus masuk dan tinggal dalam hatimu, maka Ia akan menjadikan engkau anakNya”
“Aku mau jadi anak Tuhan, bu.. tapi apa Tuhan mau aku jadi anakNya? Apa aku layak jadi anakNya?”
“ Mimi, kita semua orang yang berdosa, jika kita boleh mengenal Tuhan Yesus dan jadi anakNya, itu semua adalah kasih karunia, anugerah. Mimi, Tuhan Yesus sedang mengetuk pintu hatimu, menunggu engkau mengijinkanNya masuk.. Jadi, engkau hanya perlu berkata ‘Tuhan Yesus, masuklah, masuk dan tinggal dalam hatiku’. ”
Mimi mengangguk. Lalu Mimi berdoa
“Tuhan Yesus, masuklah, masuk dan tinggal dalam hatiku. Terima kasih, Tuhan Yesus sayang aku. Aku percaya Engkau mati menebus dosaku dan telah bangkit, menang mengalahkan maut. Ampuni dosaku dan tolong aku, Tuhan, ubah sifatku yang gampang marah. Jadikan aku anak yang menyenangkan hatiMu. Amin.”
Sejak itu, Mimi belajar jadi anak yang baik, dan Tuhan mendidik Mimi, membuang kebiasaan jelek. Tuhan menyertai sepanjang hidup Mimi.
Suatu hari ada seorang gadis kecil yang cantik dan baik hati tapi sering ngambek, nggak sabaran dan sering marah. Namanya Mimi. Ibu Mimi sedih melihat Mimi sering marah-marah.
Suatu ketika Ibu Mimi memanggil Mimi ”Mimi, sini sayang…”
Mimi mendekat, “ya bu.. ada apa?”
Lalu ibu Mimi memberi sebilah kayu, paku dan palu. Mimi bingung “ini.. buat apa bu?”
“Mimi, setiap kali kamu marah, kamu ambil sebuah paku dan tancapkan ke kayu ini, dan sebaliknya saat kamu dapat menahan amarahmu, kamu boleh cabut sebuah paku dari kayu ini”
Mimi mengikuti perkataan ibunya, tiap kali ia marah, ia menancapkan sebuah paku dan saat ia dapat menahan amarahnya ia mencabut sebuah paku.
Secara bertahap Mimi sadar, ternyata untuk menancapkan paku dan mencabutnya itu sulit, nggak kalah sulit dibandingkan mengatur emosinya.
Lalu Mimi mendekati ibunya, “bu.. ini aku balikin kayu, paku dan palu..” kata Mimi cemberut
Ibu Mimi melihat Mimi, lalu tersenyum “kenapa dibalikin, Mimi..”
“aku nggak suka, sulit bu..”
Ibu Mimi menghela nafas, “ Mimi, kamu lihat kayu ini. Kayu ini nggak lagi sama seperti waktu ibu menyerahkannya kepadamu..”
“iya bu, aku mengikuti kata ibu, marah aku tancapin paku, lalu waktu aku bisa menahan marahku, pakunya ku cabut..” kata Mimi
Ibu Mimi mengangguk, “iya, Mimi, sekarang kayu ini ada paku dan bekas paku, ada bekas luka.. Demikian juga kalau kamu berkata – kata dalam kemarahanmu, kata-katamu bisa melukai hati yang mendengarnya. Sama seperti paku melukai kayu ini.”
Mimi diam, liatin kayu
“Mimi, kamu tau kan kalau marah dan berkata kasar itu nggak baik?”
Mimi mengangguk, diam.
“Mimi, dengan kata-katamu, kamu bisa membuat orang lain sedih, marah dan sakit hati. Sebaliknya dengan kata-katamu, kamu juga bisa membuat orang lain terhibur, dan gembira. Semua tergantung pilihanmu. Kamu mau pakai kata-katamu untuk membuat orang lain gembira atau sakit hati. Mana pilihanmu, Mimi? “ tanya Ibu.
“aku nggak mau kata-kataku membuat orang lain sedih, sakit hati, bu.. Aku nggak pengen marah-marah, tapi susah banget.. kalau ada yang ngejek aku, atau bikin aku nggak senang, aku langsung pengen marah, bu. Aku mau berubah, tapi.. bagaimana..?“ kata Mimi sedih
“Ibu tau kalau itu sulit. Kau tau Mimi, ada Seseorang yang bisa membantumu..”
“Siapa bu?”
“Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bisa menolongmu, mengubah kebiasaanmu yang nggak baik, suka marah2.. Bagaimana kalau kita berdoa minta Tuhan Yesus menolongmu, Mimi?”
“Apa Tuhan Yesus mau menolong? Aku sering nakal dan marah-marah, apa Tuhan Yesus masih mau menjawab doaku, bu? “ tanya Mimi sedih
“Mimi, Tuhan Yesus sayang Mimi, Tuhan sayang semua anak. Memang seringkali orang berbuat kesalahan. Kesalahan, pelanggaran itu disebut dosa. Dosa mendatangkan murka Allah, penghukuman. Tapi Tuhan Yesus sangat mengasihi kita sehingga Ia mau menanggung hukuman kesalahan kita.
“Apa kau tau, Mimi, bagaimana Tuhan Yesus menanggung dosa kita?” kata ibu Mimi
Mimi mengelengkan kepala.
“Tuhan Yesus menebus dosa kita dengan mati di kayu salib dan pada hari ke 3, Tuhan Yesus bangkit, menang mangalahkan maut. Jadi kalau kau percaya ini, buka hatimu, minta Tuhan Yesus masuk dan tinggal dalam hatimu, maka Ia akan menjadikan engkau anakNya”
“Aku mau jadi anak Tuhan, bu.. tapi apa Tuhan mau aku jadi anakNya? Apa aku layak jadi anakNya?”
“ Mimi, kita semua orang yang berdosa, jika kita boleh mengenal Tuhan Yesus dan jadi anakNya, itu semua adalah kasih karunia, anugerah. Mimi, Tuhan Yesus sedang mengetuk pintu hatimu, menunggu engkau mengijinkanNya masuk.. Jadi, engkau hanya perlu berkata ‘Tuhan Yesus, masuklah, masuk dan tinggal dalam hatiku’. ”
Mimi mengangguk. Lalu Mimi berdoa
“Tuhan Yesus, masuklah, masuk dan tinggal dalam hatiku. Terima kasih, Tuhan Yesus sayang aku. Aku percaya Engkau mati menebus dosaku dan telah bangkit, menang mengalahkan maut. Ampuni dosaku dan tolong aku, Tuhan, ubah sifatku yang gampang marah. Jadikan aku anak yang menyenangkan hatiMu. Amin.”
Sejak itu, Mimi belajar jadi anak yang baik, dan Tuhan mendidik Mimi, membuang kebiasaan jelek. Tuhan menyertai sepanjang hidup Mimi.
Comments