KEPEMIMPINAN ITU TIDAK GRATIS
"Tidak ada yang gratis di dunia ini, yang gratis hanyalah
keselamatan yang telah diberikan Allah melalui pengorbanan Yesus di
kayu salib; kita harus bayar harga untuk segala sesuatu, tak
terkecuali kepemimpinan," begitulah yang disampaikan dalam artikel
kedua sajian e-Leadership kali ini.
Memang benar, ada harga yang harus dibayar untuk menjadi pemimpin.
Harga itu sangat tinggi; membutuhkan pengorbanan, disiplin, dan
usaha yang lebih daripada keras. Musa dan Elia, dua di antara
pemimpin-pemimpin besar yang ada di Alkitab pun harus membayar
harga. Apakah harga yang harus mereka bayar? Kolom Artikel 1 akan
menjawabnya.
Simak juga apa saja yang harus dibayar untuk menjadi pemimpin yang
efektif dalam artikel Bayar Harga untuk Menjadi Pemimpin yang
Efektif. Jangan lewatkan untuk menyimak kolom Jelajah yang cukup
lama absen dari publikasi e-Leadership. Kiranya ulasan situs
kepemimpinan yang disajikan kali ini dapat menambah referensi Anda
seputar kepemimpinan.
Selamat menyimak, semoga menjadi berkat!
Pimpinan Redaksi e-Leadership,
Dian Pradana
"Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak;
janganlah mengabaikannya."
(Amsal 8:33)
< p="Amsal+8:33">
==================================**==================================
IF YOU AREN`T WILLING TO PAY THE PRICE TO BECOME AN EFFECTIVE
LEADER, THEN DON`T COMPLAIN ABOUT THE SHORTAGE OF LEADERS.
==================================**==================================
ARTIKEL 1
HARGA KEPEMIMPINAN
Persiapan untuk menjadi seorang pemimpin mencakup banyak waktu
mencucurkan air mata dan ujian-ujian yang menyakitkan (lihat Ibrani
5:7-8). Ini karena Anda dilatih untuk bertahan terhadap
tekanan-tekanan yang dahsyat yang menimpa seorang pemimpin.
Kepemimpinan Kristen bukanlah hal yang penuh kesenangan/glamor;
tetapi adalah suatu peperangan.
Anda berperang dengan setan dan dunia. Anggota-anggota keluarga Anda
bisa salah mengerti terhadap anda, sahabat-sahabat dan
saudara-saudara seiman juga bersikap demikian. Seiring dengan ini,
Anda juga akan sering mengalami celaan dari orang-orang karena
mereka iri hati dan takut.
Kisah yang tercatat dalam Alkitab mengenai Musa di dalam Kitab
Bilangan, merupakan gambaran tepat tentang apa yang tercakup di
dalam kepemimpinan. Musa bertanggung jawab untuk jemaat yang terdiri
dari dua setengah juta manusia. Mereka merupakan kelompok yang
terdiri dari para pengeluh, penggerutu, dan para pemberontak yang
suka mencemarkan nama orang. Mereka ingin menyaksikan mukjizat,
tetapi tidak lama kemudian menuntut sesuatu yang lain lagi.
Bahkan, saudara laki-laki dan saudara perempuan Musa sendiri pun
mencela dia dan menentang kepemimpinannya (dan sebagai akibatnya
mereka dihukum).
Tak mengherankan bila Allah memersiapkan Musa selama empat puluh
tahun sebelum ia berada di posisi kepemimpinan. Jika Musa tidak
melewatkan waktu selama empat puluh tahun di padang gurun yang sunyi
bersama domba-domba mertuanya, ia tidak akan pernah menjadi pemimpin
besar seperti itu.
DUA PEMIMPIN YANG TERBESAR
Musa dan Elia adalah dua orang yang nampak di Bukit Pemuliaan
bersama Yesus. Dari hal ini (dan bagian firman Tuhan lain) kita
mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah dua pemimpin terbesar dan
terpenting dalam Perjanjian Lama.
Sejumlah tekanan yang diderita seorang hamba Allah dalam
kepemimpinan dengan jelas dipaparkan melalui kehidupan Musa dan
Elia.
MUSA
Sekalipun Musa telah mengalami tahun-tahun persiapan yang lama,
tekanan itu begitu dahsyatnya sampai Musa memohon agar Allah
membunuhnya. Seseorang tidak mungkin berdoa demikian jika hidupnya
tidak sangat sengsara.
Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN, "Mengapa Kau perlakukan hamba-Mu
ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di
mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas
seluruh bangsa ini? Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau
akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku:
Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu,
berjalan ke tanah yang Kau janjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyangnya? Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada
seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata:
Berilah kami daging untuk dimakan. Aku seorang diri tidak dapat
memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat
bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau
membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu,
supaya aku tidak harus melihat celakaku." (Bil. 11:11-15)
Hanya mereka yang sudah sampai pada pengalaman itu, yang
mengetahuinya. Kepemimpinan selalu dibarengi dengan beban-beban yang
sangat berat. Musa menjadi begitu tawar hati dan putus asa
menghadapi situasi itu sehingga ia ingin mati saja.
ELIA
Elia juga mengalami kelemahan seperti ini dalam pelayanannya.
Terjadinya setelah kemenangannya yang terbesar, yaitu ketika ia
minta api turun dari surga dan api itu telah membunuh empat ratus
nabi-nabi Baal. Sungguh tak beruntung, lembah kekecewaan sering
mengikuti pengalaman puncak gunung dari suatu kemenangan besar.
Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia
dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel
menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya
para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika
besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama
seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." Maka takutlah ia, lalu
bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke
Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di
sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan
jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin
mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku,
sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja-
raja 19:1-4)
Tuhan menjawab doa Elia dan membebaskan dia. Ia diangkat ke surga
dalam sebuah kereta beberapa minggu setelah ia menyampaikan doa ini.
Bagi saya, ini merupakan suatu pernyataan yang besar dari kasih dan
pengertian Allah terhadap pemimpin-pemimpin-Nya, dan Ia menghormati
Musa dan Elia dengan mengizinkan mereka berada pada saat
kemuliaan-Nya (Matius 17).
Ya, ada harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang pemimpin.
Jika persiapannya nampak sulit, ingatlah hal ini: tekanan-tekanan
yang berlaku bagi para pemimpin utama lebih sulit dari pada latihan
yang membawa Anda ke sana.
Diambil dan disesuaikan dari:
Judul buku: Pembentukan Seorang Pemimpin
Judul bab: Kepemimpinan -- Harganya dan Jerat-Jeratnya
Penulis: Ralph Mahoney
Penerbit: World Missionary Assistance Plan, California
Halaman: 92 -- 94
==================================**==================================
ARTIKEL 2
BAYAR HARGA UNTUK MENJADI PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Diringkas oleh: Dian Pradana
Keselamatan adalah satu-satunya hal dalam hidup yang gratis. Yang
lainnya memiliki harga yang harus dibayar, dan harga yang terlabel
dalam kepemimpinan itu sangat tinggi. Itulah salah satu alasan
mengapa hanya ada sedikit pemimpin.
Banyak orang ingin menjadi pemimpin. Kebanyakan orang mengincar
posisi kepemimpinan. Namun demikian, sangat sedikit orang yang
bersedia membayar harga untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif.
Butuh waktu untuk menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik
tidak berkembang dalam sehari. Anda tidak belajar menjadi pemimpin
yang efektif dengan duduk di sebuah ruang kelas. Menguasai beragam
teori dan prinsip kepemimpinan tidak membuat Anda menjadi pemimpin
yang baik. Berpakaian seperti pemimpin sama sekali tidak ada
kaitannya dengan menjadi seorang pemimpin yang baik.
Saat saya lulus SMU, saya mencari pekerjaan musim panas untuk
membantu orang tua membayar biaya kuliah. Saya melihat sebuah iklan
di koran yang membutuhkan orang-orang untuk bekerja di sebuah
pembangunan rumah. Posisi yang tersedia beragam; dari kuli sampai
mandor.
Saya melamar sebagai tukang bingkai, tapi sang pemilik mengatakan
bahwa saya harus memulai sebagai kuli yang menurunkan kayu dari truk
karena saya tidak memiliki pengalaman sebagai tukang kayu. Dia
berkata, "Sekalinya Anda belajar tentang ragam ukuran kayu,
bagaimana memakai meteran, dan familiar dengan bagaimana kami
membangun rumah, kami akan memberikan posisi sebagai tukang bingkai
kepada Anda."
Tapi aku ingin mulai kerja sebagai tukang bingkai. Saya ingin memaku
dan membantu mendirikan rumah; saya tidak mau menurunkan muatan truk
dan membawakan kayu untuk orang-orang yang melakukan pekerjaan yang
sebenarnya. Karena saya tidak mengerti makna dari pekerjaan yang
sebenarnya, saya tidak mengambil pekerjaan itu dan bekerja di sebuah
toko grosir; menata bahan makanan di rak dan mengarungi bahan
makanan.
Saya tidak menyadarinya saat itu, tapi sebenarnya saya memiliki
masalah serius -- sebuah masalah yang membutuhkan bertahun-tahun
untuk saya dapat mengatasinya. Saya tidak mau membayar harga untuk
menjadi pengikut sebelum saya menjadi seorang pemimpin. Saya ingin
membangun rumah, tapi saya tidak mau meluangkan waktu belajar
membedakan kayu berukuran empat kali delapan dan balok silang
lantai. Butuh beberapa tahun sebelum saya belajar pentingnya
menggunakan waktu dan tenaga seperlunya untuk menjadi seorang
pengikut yang baik, sehingga pada saatnya nanti saya dapat menjadi
seorang pemimpin yang efektif.
Saat Yesus menunjuk dua belas murid, Dia berkata, "Mari, ikutlah
Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mat. 4:19). Ia tidak
berkata, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan secara otomatis menjadi
penjala manusia." Murid-murid itu harus bersedia menginvestasikan
waktu dan tenaga sebagai pengikut Yesus untuk menjadi penjala
manusia.
Hampir kedua belas murid tersebut adalah nelayan komersial sebelum
menjadi pengikut Yesus Kristus. Mereka adalah nelayan profesional.
Mereka menghidupi diri dan keluarga mereka dengan mencari ikan.
Mereka mungkin menduduki posisi kepemimpinan dalam komunitas bisnis
lokal.
Namun demikian, untuk belajar bagaimana menjala manusia, mereka mau
berada pada posisi bawah dan menjadi pengikut lagi sebelum mereka
memenuhi syarat sebagai pemimpin dalam pekerjaan Tuhan. Hal itu
adalah suatu prinsip yang penting dalam mengembangkan pemimpin
spiritual.
Kita harus selalu ingat bahwa apa pun prestasi seseorang sebagai
pemimpin dalam dunia sekuler, ia akan harus merendahkan hati dan
menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk menjadi seorang pemimpin
spiritual dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada jalan pintas dalam
mengembangkan keterampilan memimpin.
Selain waktu dan tenaga, ada harga-harga lain yang harus dibayar.
BERDIRI SENDIRI
Banyak orang melihat pada gaya hidup glamor yang dimiliki oleh
seorang pemimpin dan ingin menjadi pemimpin. Beberapa bahkan merasa
bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pemimpin. Mereka menginginkan
kehormatan dan kuasa yang ada dalam posisi kepemimpinan. Namun
demikian, tidak semua orang itu menyadari tanggung jawab besar yang
diemban oleh seorang pemimpin.
Pada pokok bahasan ini, saya harus mengatakan bahwa Alkitab dengan
jelas mengatakan bahwa adalah hal yang bagus untuk bercita-cita
menjadi seorang pemimpin. Perhatikan apa yang Paulus tulis pada
Timotius: "Benarlah perkataan ini: `Orang yang menghendaki jabatan
penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.`" (1 Tim. 1:3)
Tuhan jelas sangat senang saat seseorang bercita-cita menjadi
pemimpin. Namun demikian, Ia juga ingin agar kita memerhitungkan
harga yang harus dibayar. Tuhan berkata, "Sebab siapakah di antara
kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu
membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu?" (Luk. 14:28)
Salah satu harga yang harus Anda perhitungkan adalah kesediaan Anda
untuk berdiri sendirian. Sebagai seorang pemimpin, ada saat-saat di
mana Anda menjadi satu-satunya orang yang memerangi masalah. Bahkan
saat tidak ada seorang pun yang bersedia menangani suatu masalah,
seorang pemimpin harus selalu mau. Ini adalah salah satu harga besar
yang harus dibayar oleh seorang pemimpin, dan itu jugalah salah satu
hal yang membedakan seorang pemimpin.
Saat orang-orang Israel berkumpul di Lembah Tarbantin untuk
berperang melawan bangsa Filistin, tidak seorang pun di antara
mereka, termasuk Raja Saul, bersedia maju melawan raksasa Filistin,
Goliat. Saat Daud, seorang gembala muda, tiba di perkemahan
orang-orang Israel dengan makanan dari rumah untuk
saudara-saudaranya dan melihat situasi tersebut, ia menghampiri
Raja Saul dan berkata, "Janganlah seseorang menjadi tawar hati
karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."
(1 Sam. 17:32)
Daud mau untuk maju melawan Goliat saat tidak ada seorang pun yang
mau. Ada saat-saat di mana Anda, seperti Daud, akan mengajukan diri
dan berkata, "Janganlah seorang menjadi tawar hati -- saya akan
melakukannya"! Itulah harga yang terkadang akan Anda bayar untuk
menjadi seorang pemimpin. Terkadang Anda diharuskan untuk berdiri
sendirian menyelesaikan suatu masalah.
MELAWAN OPINI PUBLIK
Seorang pemimpin tidak hanya harus berdiri sendirian dalam
menghadapi suatu masalah, ia juga harus siap untuk berdiri melawan
opini publik dalam rangka menekankan apa yang ia percaya. Ini adalah
salah satu harga termahal yang seseorang harus bayar untuk menjadi
seorang pemimpin.
Tidaklah mudah untuk bertahan mengahadapi gelombang opini publik
yang terus menerjang Anda, tapi ada banyak saat ketahanan itu
diperlukan. Perhatikan pernyataan Yosua bagi orang-orang Israel
dalam Yosua 24:15: "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk
beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu
akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu
diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada
TUHAN!"
Yosua tidak serta-merta menjadi pemimpin hanya karena ia adalah
pemimpin bangsa; ia menjadi pemimpin karena ia mau bayar harga. Ia
mau melawan opini publik dalam rangka menyatakan dan menekankan apa
yang ia percaya.
Bagaimana dengan Anda -- apakah Anda mau berpegang teguh pada
keyakinan Anda meski banyak pendapat menentangnya? Atau apakah Anda
lebih tertarik disukai banyak orang karena Anda ikut-ikut saja
dengan pendapat mereka?
Jika Anda berpikir bahwa menjadi seorang pemimpin yang baik berarti
menyenangkan hati orang banyak, Anda tidak akan pernah berhasil
menjadi seorang pemimpin. Perumpamaan kuno yang mengatakan bahwa
"Anda dapat menyenangkan beberapa orang kadang-kadang, namun Anda
tidak akan dapat menyenangkan semua orang setiap waktu" benar-benar
sesuai dalam kepemimpinan.
Ada saat-saat di mana Anda tidak bisa menyukakan siapa pun juga,
namun itu adalah tugas seorang penghibur untuk menyenangkan hati
semua orang. Pekerjaan pemimpin adalah menetapkan teladan yang benar
dan kemudian menantang orang untuk mengikutinya. Dan jika teladan
yang benar itu tidak disukai banyak orang, seperti Yosua, maka Anda
harus melawan opini publik.
MENGHADAPI KEGAGALAN
Kegagalam memiliki konsekuensi yang berbeda bagi setiap orang.
Misalnya, Anda berharap pengikut Anda terkadang gagal, namun
pengikut Anda tidak pernah berharap bahwa Anda akan gagal. Pemimpin
berada di bawah tekanan konstan untuk menjadi sukses. Mereka
diharapkan untuk selalu berada di garis depan. Banyak orang berpikir
bahwa mereka akan gagal saat berada dalam posisi kepemimpinan. (Dan
jika mereka pernah gagal, mereka tidak tahu bagaimana cara
menangani atau menghadapi kegagalan tersebut.) Namun, semua orang
pernah gagal -- bahkan para pemimpin besar!
Abraham gagal (Kej. 12:10-13; 16:1-6). Musa gagal (Kel. 2:11-12;
Bil. 11:10-23). Daud gagal (2 Sam. 11:1-21). Petrus gagal (Mat.
26:69-75). Dan Anda dan saya juga gagal.
Tanda seorang pemimpin yang baik bukanlah karena ia tidak pernah
gagal. Ujian kepemimpinan yang sebenarnya adalah bagaimana menangani
kegagalan. Para pemimpin besar dalam Alkitab tersebut di atas
semuanya pernah gagal. Namun mereka belajar dari kegagalan mereka,
dan Tuhan terus menggunakan mereka sebagai pemimpin yang efektif.
Selalu ada risiko dalam kepemimpinan. Pemimpin dihadapkan pada
kemungkinan yang lebih besar untuk gagal daripada pengikutnya, dan
hasilnya jauh lebih buruk saat seorang pemimpin gagal daripada
pengikutnya yang gagal.
MENGUASAI EMOSI
Pemimpin yang efektif menguasai emosi mereka. Apa pun yang mereka
rasakan, pemimpin yang baik harus berjuang dengan panduan fakta dan
prinsip.
Saat kita mengizinkan emosi mengendalikan kita, kita menjadi lebih
berisiko melakukan kesalahan dalam menilai sesuatu, bahkan akan
menghadapi suatu kegagalan yang serius. "Orang yang sabar besar
pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan."
(Ams. 4:29) "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari
situlah terpancar kehidupan." (Ams. 4:23)
Jika Anda melihat apa yang menyebabkan Abraham, Musa, Daud, dan
Petrus gagal, Anda akan menemui bahwa dalam suatu perkara, mereka
mengizinkan emosi mereka mengendalikan keputusan dan mereka menyesal
telah melakukan sesuatu yang mereka tahu bahwa itu adalah salah.
Jika mereka tidak membiarkan emosi mengendalikan mereka, mereka
tidak akan gagal.
Saat kita mengizinkan emosi mengendalikan kita, kita tidak hanya
lebih berisiko melakukan kesalahan, tetapi juga pasti akan melakukan
sesuatu yang akan kita sesali nantinya. Pokok itu dengan jelas
dinyatakan dalam Yakobus 3:2-5: "... Dan lihat saja kapal-kapal,
walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat
dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak juru mudi.
Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun
dapat memegahkan perkara-perkara yang besar ...."
Saat kita mengendalikan emosi, kita dapat mengendalikan lidah kita.
Dan semakin kita mengendalikan lidah kita, semakin jarang kita
terlibat masalah.
Setiap orang harus mengendalikan emosi. Terlebih lagi, pengendalian
emosi sangat penting bagi seorang pemimpin karena tindakan dan
reaksinya tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tapi juga
pengikutnya. Pengendalian emosi termasuk mengatakan tidak saat Anda
benar-benar mengatakan ya.
MENGHINDARI CELAAN
Seorang pemimpin juga harus menghindari celaan. "Karena itu penilik
jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu istri,
dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah,
pendamai, bukan hamba uang .... Hendaklah ia juga memunyai nama baik
di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam
jerat Iblis." (1 Tim 3:2-3,7)
Memberikan teladan hidup yang baik adalah salah satu harga yang
harus dibayar seorang pemimpin. Ada banyak hal yang bisa dilakukan
oleh orang lain, namun pemimpin tidak. Pemimpin harus menghindari
situasi yang mungkin memberikan kesempatan untuk orang lain
"berbicara".
Paulus dengan jelas menjelaskannya dalam Titus 2:7-8, "Dan
jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi
malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan
tentang kita."
Paulus juga menerangkan bahwa "Segala sesuatu diperbolehkan". Benar,
tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan".
Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun
yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang
mencari keuntungan orang lain .... Janganlah kamu menimbulkan syak
dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat
Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang
dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk
kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat." (1 Kor.
10:23-24, 32-33)
Paulus dengan jelas menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus
menghindari celaan.
MEMBUAT KEPUTUSAN YANG ORANG LAIN TIDAK MAU BUAT
Pemimpin terkadang harus mengambil keputusan yang orang lain tak mau
ambil. Seperti orang lain, Anda mungkin tidak ingin mengambil
keputusan. Anda mungkin tidak mau bertanggung jawab akan hasilnya.
Anda mungkin tidak tahu keputusan mana yang terbaik. Tapi, seseorang
harus memutuskan -- dan orang itu adalah pemimpin.
Salah satu hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah menangguhkan
keputusan yang harus diambil. Penangguhan akan mengurangi
kredibilitas Anda dalam memimpin.
Jangan coba-coba menangguh-nangguhkan keputusan yang harus diambil.
Harga yang harus dibayar sebagai pemimpin terkadang adalah seorang
pemimpin harus mengambil keputusan dan menanggung risikonya -- tidak
peduli kita suka atau tidak.
MENGORBANKAN KEPENTINGAN PRIBADI
Kehidupan pemimpin bukanlah miliknya sendiri. Pemimpin memiliki
tanggung jawab besar pada mereka yang dipimpin. Pemimpin sering kali
harus mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama.
Karena pemimpin berurusan dengan orang banyak, kebutuhan mereka
harus menjadi perhatian utama. Terkadang saya benci mendengar dering
telepon yang saya tahu bahwa yang menelepon adalah orang yang butuh
menemui saya. Tidak -- aku tidak selalu ingin menjawab telepon itu.
Ya -- Terkadang saya marah karena ada orang yang mengganggu apa yang
saya anggap adalah waktu pribadi saya.
Namun untuk menjadi pemimpin yang efektif, salah satu harga yang
harus dibayar adalah mengorbankan kepentingan pribadi bagi kebaikan
bersama.
BERUSAHA MELAKUKAN YANG TERBAIK
Pemimpin adalah orang yang memimpin, memandu, dan menunjukkan jalan
bagi yang lain. Pemimpin ada di garis depan memberikan panduan dan
menetapkan arah.
Anda tidak bisa menjadi pemimpin jika Anda hanya puas dengan semua
yang biasa-biasa saja. Anda harus selalu berjuang untuk yang terbaik
-- baik bagi diri Anda sendiri dan pengikut Anda.
Yesus Kristus memberikan teladan yang baik bagi pengikut-Nya.
Perhatikan yang orang katakan tentang-Nya: "Ia menjadikan
segala-galanya baik." (Mrk. 7:37) Ayat ini juga menyiratkan bahwa
karena standar tindakan-Nya sangat baik, "Mereka takjub dan
tercengang." Paulus juga mengatakan hal yang sama, "Apa pun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kol. 3:23)
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita, apalagi pemimpin, harus
melakukan yang terbaik. Anda tidak bisa melakukan hal yang
biasa-biasa saja dan mengharapkan bahwa pengikut Anda akan
melakukan hal yang besar. Jika Anda ingin tahu bagaimana performa
Anda, lihat seberapa keras pengikut Anda dalam melakukan sesuatu.
HARGAI ORANG LEBIH DARIPADA HARTA
Telah disebut bahwa pemimpin berurusan dengan orang banyak --
orang-orang tersebut harus lebih penting daripada harta Anda.
Orang dan harta tidak dapat duduk bersama pada prioritas utama; Anda
harus memilih salah satunya. "Karena di mana hartamu berada, di situ
juga hatimu berada." (Mat. 6:21) Jika Anda menempatkan harta Anda
pada prioritas utama, di sanalah komitmen Anda tertuju. Anda tidak
bisa menjadi pemimpin yang efektif kecuali orang banyak adalah
prioritas Anda.
Pengikut meneladani pemimpin, jika Anda menetapkan harta sebagai
prioritas utama dalam memimpin, suatu saat mereka juga akan
bertindak demikian. Begitu juga sebaliknya, jika Anda menempatkan
orang banyak sebagai prioritas utama, pengikut Anda juga akan
bertindak demikian saat mereka memimpin. Sesungguhnya kunci utama
dalam kepemimpinan untuk mencapai tujuan adalah melalui orang
banyak, bukan perolehan materi.
JAGA KESEIMBANGAN HIDUP
Fakta membuktikan bahwa salah satu masalah besar bagi pemimpin
adalah menjaga keseimbangan hidupnya. Pemimpin harus bekerja lebih
keras daripada orang lain untuk menjaga keseimbangan hidupnya.
Anda harus mendisiplinkan diri untuk dapat fokus pada keseimbangan
dalam hidup. Sangat mudah untuk menghabiskan semua waktu dan tenaga
dalam memimpin dan tidak menyisakan waktu untuk diri sendiri dan
keluarga. Itulah mengapa banyak pemimpin Kristen yang bercerai. Anda
harus belajar untuk santai dan menikmati hidup di luar posisi Anda
sebagai pemimpin.
Ingat, sebagai pemimpin, Anda akan diteladani oleh banyak orang.
Jika hidup Anda tidak seimbang, kehidupan orang yang Anda pimpin
juga tidak akan seimbang. Orang lain meneladani tindakan Anda, bukan
perkataan Anda. (t/Dian)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: The New Leader
Judul bab: Paying The Price to Become An Effective Leader
Penulis: Myron Rush
Penerbit: SP Publications, Inc., Amerika 1987
Halaman: 37 -- 50
Comments